HomeBerita

Pelatihan Membuat Ecoprint SMP Negeri 2 Tuntang

Pelatihan Membuat Ecoprint SMP Negeri 2 Tuntang   Rasa penasaran kami terjawab sudah. Selama dua hari ini meluangkan waktu hingga pet

Pelatihan Membuat Ecoprint SMP Negeri 2 Tuntang

Foto: Pembukaan Pelatihan Pembuatan Ecoprint oleh Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Tuntang

 

Rasa penasaran kami terjawab sudah. Selama dua hari ini meluangkan waktu hingga petang di sekolah membuahkan hasil yang luar biasa. Kegiatan pembuatan eco print yang menimbulkan berbagai pertanyaan di benak kami akhirnya berhasil dan sukses dengan produk sangat indah dan bernilai seni tinggi telah kami dapatkan. Awalnya kami berdiskusi kecil dari beberapa guru untuk membuat produk batik, persiapan P5 di sekolah dari tema 7 yaitu gaya hidup berkelanjutan. Membuat batik ciprat, membuat batik jumputan, membuat batik tulis, atau membuat ecp print.

Dengan diskusi yang cukup panjang melalui berbagi pengalaman yang kami lakukan, akhirnya kami memutuskan untuk membuat eco print. Alasannya cukup sederhana, yaitu karena tak satupun dari kami yang pernah mencobanya. Oleh karena itu, kami mengundang narasumber untuk keperluan ini sebagai pembimbing kami dalam membuat eco print yang salah satu bahannya adalah dedaunan yang ada di lingkungan sekitar.

Hari yang ditentukan telah tiba, kami merancang pelatihan membuat eco print selama 2 hari. Rancangan ini tentunya sudah kami konsultasikan dengan ibu Minaryati, beliau adalah salah satu tenaga ahli dalam bidang pembatikan dari Batik Tumpengan Salatiga. Hari pertama pelatihan dilaksanakan hari Selasa, 8 November 2022 dimulai pukul 13.30. Bapak Purnomo, selaku Kepala Sekolah membuka kegiatan bersama seluruh peserta dan ibu nara sumber di ruang perpustakaan.

Agenda hari itu adalah pangarahan dan penyampaian materi dari narasumber tentang eco print dan cara pembuatannya. Sekitar 30 menit materi disampaikan dan nampak antusiasme peserta terbukti banyaknya pertanyaan yang disampaikan. Hampir seluruh peserta kali ini, yang terdiri dari 7 penanggung jawab projek, 7 penanggung jawab tema 7, 4 koordinator dari bidang kurikulum, serta 1 orang teman kami yang bertanggung jawab terhadap tim informatika, merasa penasaran sehingga banyak pertanyaan yang muncul di benak mereka. Sebenarnya dalam diskusi-diskusi kecil sebelum pelatihan, pertanyaan-pertanyaan itu sudah kami lontarkan, namun tak satupun dari kami yang bisa menjelaskan secara gamblang. Dan jawaban dari semua pertanyaan itu adalah seragam, “nanti kita tunggu saat hari H.” Jadi benar juga ketika hari H, banyak dari kami yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang selama beberapa hari ini terpendam.

Setelah penyampaian materi di dalam ruang perpus selama sekitar 30 menit tersebut, kami lanjutkan kegiatan di luar ruangnya. Seluruh peserta dibagi dalam 8 kelompok yang masing-masing kelompok diberikan dua lembar kain berukuran 2 m, cukup untuk membuat satu baju. Pertama kami melakukan treatmen pada daun sekitar 1 jam. Dilanjutkan treatmen pada kain. Semua alur kegiatan ini benar-benar tidak kami bayangkan sebelumnya, karena proses eco print yang tidak termasuk dalam membatik ini tentu saja sangat berbeda dengan pembuatan batik yang telah kami diskusikan sebelumnya melalui berbagi pengalaman. Ya, sekolah kami memang punya beberapa pakar batik, diantaranya Ibu Suhartati, Ibu Eny Budi Rahayu, Ibu Dianny Fauziah Ningtyas, dan Bapak Edij Kismartanto, yang seperti disampaikan di awal dimana tak satupun dari kami yang berpengalaman membuat eco print.

Foto: Proses treatmen daun sebelum digunakan untuk bahan ecoprint

Setelah treatmen daun dan kain kami selesaikan selama beberapa jam, kami melanjutkan aktivitas berkreasi menata daun dan membuat pola pada kain yang telah disiapkan. Ini adalah proses yang cukup menarik karena kami bisa meluapkan keinginan kami untuk berkreasi “menggambar” dengan daun di atas kain. Hal menarik yang belum pernah kami lakukan. Baru menata daun saja sudah menunjukkan keindahan yang luar biasa. Kami semua senang dan bahagia berbalut rasa penasaran, bagaimana jadinya projek kami ini setelah menjadi kain. Setelah daun ditata, tak lupa kami mengabadikan moment berharga ini. Satu demi satu dari kami berpose dengan hasil karya masing-masing. Suasana kegembiraan bergitu tampak dari raut muka kami yang berbinar, meskipun suasana hujan deras menemani.

Foto: Proses penempelan daun pada kain yang sudah ditreatment

Akhirnya selesailah kami menyiapkan kain bergambar daun kami untuk kemudian dilakukan treatmen akhir. Kain berbentuk lontong tersebut kami siapkan untuk dilakukan “steam” selama beberapa jam. Lalu kami diamkan hingga dingin. Hal ini membuat rasa penasaran kami semakin menjadi. Bagaimana tidak? Kain yang sudah kami “gambari” dengan daun yang kami ambil di lingkungan sekitar kami itu, kami bungkus rapat lalu “disteam” dan dibiarkan hingga esok hari.

Hari yang ditunggu pun tiba, setelah seharian kami berkutat dengan aktivitas pembelajaran bersama murid-murid, Rabu, 9 November 2022 itu kami kembali berkumpul di ruang terbuka di depan perpustakaan yang biasa digunakan sebagai ruang baca. Pukul 13.30 kami kembali berkumpul dengan rasa penasaran yang sangat memuncak. Bahkan beberapa dari kami, yang sudah memegang bungkusan hasil karya masing-masing tidak sabar menunggu giliran untuk membukanya. Bu Yayi, begitu kami akrab memanggil nara sumber kami, meminta kami membuka kain terbungkus yang kami pegang secara bergiliran agar kami semua bisa menikmati hasil karya kami secara bersama-sama dan saling merefleksi pewarna apa yang digunakan dan bagaimana efeknya pada eco print yang kami buat.

Satu demi satu dari delapan kelompok membuka kainnya, dimulai dari kelompok kelas 7A yaitu Bapak Aswab Eka dan Ibu Eny Budi. Hasil pertama kami yang luar biasa. Kami bertepuk tangan meriah menyambut hasil karya teman kami yang akhirnya kami pajang di ruang terbuka tersebut pada tali rafia yang sudah dipersiapkan. Kami bersama-sama melakukan refleksi dari hasil karya ini dengan bimbingan ibu Yayi tentunya. Dari hasil pertama ini kami merasa sangat puas. Moment ini kami lanjutkan hingga kain ke-16 yang berhasil kami buat dari delapan kelompok yang ada. Semua hasil tersebut diluar dugaan kami. Semuanya bagus dan membuat kami senang.

Dari proses selama dua hari berkegiatan ini, banyak hal yang dapat kami petik. Yang pertama dan paling utama adalah bahwa kita sebagai manusia adalah “sakdremo nglampahi” apa yang menjadi titah Illahi. Hal ini terbukti dari gambar daun dan hasil pewarnaan kain eco print ini semuanya “unpredictable”. Tidak ada satu produkpun yang bisa diprediksi nanti jadinya seperti apa, terutama pada masalah warna yang merupakan perpaduan dari beberapa pewarna alami. Bahan sama, treatmen sama, waktu pembuatan sama, namun tak satupun hasil yang sama satu dengan yang lainnya. Inilah uniknya eco print, semua Allah yang mengatur. Hal berikutnya adalah kita berlatih sabar, dimana proses pembuatan eco print yang cukup panjang ini memang membuat kami harus selalu bersabar, apalagi saat membuka kain untuk melihat hasil akhirnya. Plastik pembungkus hasil steam ternyata sangat sulit untuk dibuka, karena hasil pemanasan plastik yang membuat plastik menempel dengan kuat. Tekun, ulet, kerja sama, saling menghargai ini juga menjadi efek lain yang terbentuk dari hasil pembuatan eco print. Dan yang terakhir adalah meningkatkan imun, karena kami benar-benar sangat bahagia.

Foto: Peserta Pelatihan Pembuatan Ecoprint SMP Negeri 2 Tuntang

 

Erni Ayda, S.Si., M.Pd.

COMMENTS

WORDPRESS: 0
DISQUS: 0